KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi robil’alaamiin,
banyak nikmat yang Allah berikan, namun sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas berkat, rahmat, taufik, dan hidayahnya
yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “BANGUNAN”. dalam penyusunannya penulis memperoleh banyak
bantuan-bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada: kedua orang tua yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
dan menuntun pada langkah yang lebih baik.
Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarata,
Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................................. 2
Daftar isi............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang....................................................................................................... 4
B.
Perumusan
Masalah............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bangunan............................................................................................ 5
B.
Bangunan
dan Pembelajaran................................................................................. 6
C.
Bentuk
dan Kebutuhan......................................................................................... 8
D.
Hal
– hal yang perlu dipertimbangkan ................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................................ 11
B.
Daftar
Pustaka....................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebuah
alat dikatakan berfungsi kalau alat itu dapat dipakai untuk mencapai
tujuan sedemikian sehingga dalam proses
mencapai tujuan itu tidak terjadi hambatan – hambatan.
Misalnya sebuah mobil di katakan
berfungsi dengan baik jika kita dapat memakainya untuk mencapai tujuan
tanpa sering rewel . Pada pemakaian
tentu ada proses dari pembuka pintu mobil, menstarter, mengganti gigi,
menekan gas, dan seterusnya. Dalam perjalanan diharapkan tidak ada hambatan
seperti kehabisan bensin, accu yang lemah, dan sebagainya.
Bangunan gedung adalah wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus . Fungsi bangunan adalah cara bangunan itu dapat melayani pemakaian dalam suatu kegiatan yang mengandung proses. Bila
dianggap sebagai alat, bangunan dapat bekerja, beroprasi, dan melayani manusia
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
Bangunan ?
2.
Apa
saja bangunan dan pembelajaran ?
3.
Apa
saja bentuk dan kebutuhan bangunan ?
4.
Apa
saja hal – hal perlu di pertimbangkan dalam bangunan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bangunan
Sebuah
alat dikatakan berfungsi kalau alat itu dapat dipakai untuk mencapai
tujuan sedemikian sehingga dalam proses
mencapai tujuan itu tidak terjadi hambatan – hambatan.
Misalnya sebuah mobil di katakan
berfungsi dengan baik jika kita dapat memakainya untuk mencapai tujuan
tanpa sering rewel . Pada pemakaian
tentu ada proses dari pembuka pintu mobil, menstarter, mengganti gigi,
menekan gas, dan seterusnya. Dalam perjalanan diharapkan tidak ada hambatan
seperti kehabisan bensin, accu yang lemah, dan sebagainya[1].
Bangunan
gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan
sosial, budaya, maupun kegiatan khusus . Fungsi bangunan adalah cara
bangunan itu dapat melayani pemakaian
dalam suatu kegiatan yang mengandung
proses. Bila dianggap sebagai alat, bangunan dapat bekerja, beroprasi, dan
melayani manusia . Dalam setiap bangunan
terjadi suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai urutan fungsional, pertama - tama kita harus menyusun daftar berbagai
kegiatan yang akan terjadi. Setiap kegiatan kita perhatikan syarat fisik dan
syarat psikis. Syarat fisik umumnya lebih mudah di hitungnya. Syarat fisik
meliputi :
1.
Syarat
ukuran luas dan tinggi ruang untuk memenuhi suatu kegiatan tertentu.
2.
Syarat
luas untuk gerak perorangan maupun kelompok , standar minimum statis gerak.
3.
Syarat
luas untuk perlengkapan kelompok kebutuhan lain.
4.
Syarat
hubungan dan pemisahan antar bagian
dalam ruang itu sendiri atau dengan
luasnya.
5.
Pola
hubungan anrar ruang ( organisasi )
6.
Syarat
kemudahan pemeliharaan dan perlengkapan mekanis.
Syarat psikis ialah syarat suasana
atau kesan lingkungan ruang yang harus dicipkatakan menurut kebutuhan
fungsinya. Ini lebih sukar karena sifatnya lebih abstrak . ini meliputi masalah penerangan, ventilasi,
pemandangan keluar, bentuk ruang, bentuk bagian- bagiannya, bentuk garis –garis
dalam ruang, dan warna[2].
B.
Bangunan
dan Pembelajaran
1.
Bangunan Segi empat MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan daerah
lingkaran
a) Bangunan segi empat MBS merefleksikan
proses pengelolaan pendidikan.
b) Proses pembelajaran
(PBM) digambarkan dalam bangunana lingkaran dengan garis-garis tebal karena
proses ini lebih terfokus, direncanakan dengan sadar, materi dan metode serta
sumber major yang spesifik dan dengan tujuan untuk mencapai kompetensi yang
spesifik pula, sedangkan roses pendidikan di dalam sebuah sekolah merupakan
wadah interasosial yang lebih luas dan beragam kegiatannya.
c) Sumber Daya Pendidikan (SDP) merupakan sisi
penopang penting untuk keberhasilan proses pembelajaran maupun prosees
pendidikan pada umumnya pada suatu sekolah
d) Kurikulum berbasis kompetensi menuntut
inisiatif dan kreativitas guru, bahkan para guru baik secara sendiri atau
kelompok dapat merumuskan silabus dan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
didik.
2. Atap Segitiga
Dalam bangunan
MBS, terdapat atap segitiga akuntabilitas yang merujuk kepada standar nasional,
akreditasi sekolah dan evaluasi independen oleh lembaga mandiri. Kerangka dasar
dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah juga berfungsi sebagai
standar nasional karena ditetapkan oleh pemerintah pusat. Evaluasi merupakan
bentuk akuntabilitas yang diberikan kepada satuan-satuan pendidikan, termasuk
program-programnya. Menurut pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, sertifikat
berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi melalui uji
kompetensi pada umumnya sangat populer untuk sekolah kejuruan dan kursus-kursus
serta pelatihan keterampilan tertentu yang bersifa vokasional. Berdasarkan
pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, p[ara pengambil kebijakan masih mempunyai
ruang untuk mengatur pelaksanaannya.
3.
Lantai Prasyarat (SPM), Fondasi (Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota)
dan Lahan (Aspirasi Masyarakat)
Pelaksanaan MBS yang berwawasan mutu
(MBS) akan sulit diwujudkan bahkan dalam kondisi tertentu tidak dapat
dilaksanakan, kalau pemenuhan standar
pelayanan minimal sekolah (P-SPM-S) tidak dilaksanakan untuk mendukung
sumber daya pendidikan (SDM) yang memadai. Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor
044/U/2002, Dewan Pendidikan berperan menampung dan menyalurkan aspirasi
tersebut, dengan fungsinya sebagai pendukung (turut mencari solusi dan
pemecahan masalah), penasehat (pemberi saran), pengawas (ikut mengontrol) dan
mediator (penghubung berbagai pihak untuk membantu pendidikan). Dalam praktik
saling hubungan antarelemen tersebut sungguhpun merupakan parameter, tetapi
pelaksanaannya elastis/fleksibel dan dinamis dan sangat ditentukan oleh
loyalitas serta kesungguhan berbagai pihak terkait terhadap pelaksanaan sistem yang
berlaku
Ø Perencanaan Pembangunan[3]
Konsep dasar perencanaan adalah rasionalitas,
ialah cara berpikir ilmiah dalam menyelesaikan problem dengan cara sistematis
dan menyediakan berbagai alternatif solusi guna memperoleh tujuan yang
diinginkan. Oleh karena itu perencanaan sangat dipengaruhi oleh karakter
masyarakat dalam mengembangkan budaya ilmiah dalam menyelesaikan Tugas Filsafat
dan Teori Perencanaan Pembangunan 2 permasalahan yang dihadapinya. Hal ini
cukup beralasan karena perencanaan juga berkaitan dengan pengambilan keputusan
(decision
maker), sedangkan kualitas hasil
pengambilan keputusan berkorelasi dengan pengetahuan (knowledge), pengalaman
(experience), informasi berupa data yang dikumpulkan oleh pengambil keputusan
(ekskutor). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat kembali pada kurva/grafik
spatial data dan decesion.
Menurut
friedmann, perencanaan akan berhadapan dengan problem mendasar yakni bagaimana
teknis pengetahuan perencanaan yang efektif dalam menginformasikan aksi-aksi
publik. Atas dasar tersebut maka perencanaan didefinisikan sebagai komponen
yang menghubungkan antara pengetahuan dengan aksi/tindakan dalam wilayah
publik. Pada prinsipnya friedmann menyatakan perencanaan harus bertujuan untuk
kepentingan
masyarakat banyak.
C. BENTUK DAN KEBUTUHAN
Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 tahun yang terdiri atas 6 tahun di tingkat Sekolah Dasar dan tiga tahun
di tingkat Sekolah Lanjut Tingkat Pertama memerlukan wadah pendidikan yang baik
untuk meningkatkan kesempatan belajar bagi masyarakat Indonesia.
Pemerintah melalui Proyek
Peningkatan Pendidikan Dasar memiliki program yang bertumpu pada masyarakat
berupa Pembangunan Unit Sekolah Baru SLTP-MTs (dengan tujuan meningkatkan akses
kesempatan belajar siswa SLTP-MTs melalui pembangunan gedung sekolah baru) dan
Rehabilitasi Gedung SD-MI (dengan tujuan meningkatkan mutu melalui perbaikan
sarana belajar mengajar bagi guru dan siswa-siswi). Diharapkan dengan adanya
partisipasi yang aktif, masyarakat dapat belajar untuk mandiri sekaligus
menanamkan rasa memiliki terhadap gedung sekolah di daerahnya sendiri. [4]
D. HAL-HAL YANG PERLU DI PERTIMBANGKAN :
1. Lahan
Peruntukkan
Sebelum suatu proyek dilaksnakan, perlu diadakan persiapan
lahan. Tujuan dari persiapan lahan ini ialah membebaskan lahan dari semua benda
yang ada di atas lahan tersebut. Persiapan mencakup hal – hal berikut :[5]
1.
Membersihkan
lahan dari pohon-pohon, semak-semak, dan rumput yang mengganggu pada tempat di
mana gedung bau. Dalam hal ini harus selalu dihindari tindakan keras terhadap lingkungan
alam. Pat bangunanaKalau pergeseran gedung baru memungkinkan agar pohon besar
tidak perlu ditebang, maka pohon yang lebih tinggi nilainya dari pada gedung
baru yang akan didirikan.
2.
Melindungi
pohon-pohon yang dipertahankansehingga tidak kena cacat oleh pekerja bangunan
3.
Memasang
pagar sementara dari anyaman bambu, papan kayu atau seng gelombang setinggi 2,0
mdemi ketentuan, keamanan, dan keselamatan umum ditempat bangunan
4.
Mengadakan
saluran air untuk pekerja bangunan dengan pipa air PAM, sumur, air kali,
atau tempat penampung air hujan.
5.
Menyediakan
aliran listrik sementara, jika perlu selama pekerjaan bangunan berlangsung
6.
Menyediakan
kakus sementara yang memenuhi syarat-syarat untuk para buruh
Dalam memanfaatkan lahan tentunya
harus sesuai dengan kemampuan dan fungsi lahan tersebut sehingga dapat
dioptimalkan pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan tata ruang kota yang mampu
mengatur agar dalam penggunaan lahan dapat disesuaikan dengan fungsinya.
Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis metode overlay. Karena
Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat
digunakan dalam melakukan analisa penggunaan lahan dimana dengan SIG informasi
akan lebih hidup karena proses manipulasi dan presentasi data direalisasikan dengan
lokasi-lokasi geografi dipermukaan bumi Daerah penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wilayah Kota Mojokerto. Hasil dari penelitian ini
diketahui bahwa pada wilayah Kota Mojokerto yang mempunyai luas administratif
1.646,54 ha dengan penggunaan lahan terbesar adalah wilayah pemukiman seluas
744,623 ha, kawasan pertanian seluas 521,196 ha, daerah lahan terbuka hijau
sebesar 56,893 ha, daerah perdagangan dan jasa seluas 52,289 ha dan wilayah
industri dan pergudangan seluas 4,234 ha. Daerah yang dalam penggunaan lahannya
belum sesuai yang direncanakan adalah daerah BWK A dan BWK B3. Juga adanya
perubahan lahan dari pertanian menjadi pemukiman seluas 10,599 Ha.
5.
Site Plan
Site plan adalah rencana tapak.
Pengertian Site plan adalah gambar dua dimensi yan menunjukan detail dari rencana yang akan dilkukan terhadap
sebauh kaveling tanah, baik menyagkut rencana jalan, utilitas air bersih ,
listrik, dan air kotor, fasilitas umum dan fasilitas sosial. Siteplan dalam
dunia properti mungkin juga mencakup serta cluster- cluster perumahan yang
direncanakan.[6]
6.
Zona
Publik, semi private dan private
Zona-zona
dalam hunian dikelompokkan sebagai berikut :
a. Zona-zona
dalam hunian dikelompokkan sebagai berikut :
yang bersifat umum, di mana semua orang dapat mengakses ruangan
tersebut tanpa ada batasan-batasan.
Contoh : teras dan ruang tamu
Penempatan zona publik sebaiknya di lokasi yang mudah dilihat dan
diakses baik dari depan atau belakang rumah dan dapat juga di tengah-tengah
bangunan sebagai pusat sirkulasi.
b. Zona semi publik (semi privat) yang bersifat setengah umum di
mana semua orang dapat mengakses maupun memakainya, tapi ada kondisi-kondisi
tertentu di mana tidak dengan beban menggunakannya.
Contoh : kamar mandi, ruang keluarga, dan ruang makan.
Penempatan zona semi publik sebaiknya di lokasi yang agak sulit
diakses dan tidak dengan leluasa dipandang.
c. Zona privat yang bersifat sangat tertutup di mana tidak
sembarang orang boleh mengaksesnya atau menggunakannya tanpa ada izin dari
pemiliknya.
Contoh: ruang tidur
Penempatan zona privat di lokasi yang bersifat tertutup dan sulit
diakses.
d. Zona servis yang bersifat umum namun sengaja difungsikan untuk
kegiatan penunjang.
Contoh: dapur, ruang cuci, gudang, garasi, dan car port.
Seperti halnya zona publik, zona servis juga diusahakan didesain
dahulu jenis lay out yang akan diterapkan, disesuaikan dengan luasan lahan.
Bila lahan cukup luas dengan lebar
yang memungkinkan bangunan berdiri tidak menempel pada sisi kiri atau kanan
tembok pagar bumi, lay out tertutup dapat dipakai. Lay out ini menghadirkan
suasana ruangan dengan batas-batas antarruang yang tegas namun memungkinkan
cahaya dan angin masuk. Bila lahan kecil dengan lebar yang terbatas, sehingga
memaksa bangunan berdiri dengan diapit oleh pagar bumi, lay out terbuka sangat
dianjurkan untuk diadopsi. Lay out ini memakai prinsip pembagian ruang tidak
harus memakai dinding pembatas yang massif, namun cukup dengan peninggian atau
penurunan lantai atau plafon. Lay out tersebut menjadikan hunian terasa luas,
terang, dan sejuk, udara, cahaya, dan pandangan hadir tanpa batasan tertentu
namun menjadikan tiap-tiap ruangan menjadi seakan-akan bersifat umum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bangunan
merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah dan/atau di air, yang biasanya
dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau
infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun
peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya,
jalan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain.
Di dalam pembangunan ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan yakni antara lain:
1. Perencanaan
2. Lahan
Peruntukan
3. Site
Plan
4.
Zona Publik, semi private dan private
Zona-zona dalam hunian dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Zona-zona
b.
Zona
semi publik
c.
Zona
privat
d.
Zona
servis
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Ishar, Pedoman
Umum Merancang Bangunan, ( Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992 )
Ø Setiawan L Pujo, Ilmu Konstruksi Bangunan, ( Yogyakarta , Kanisius, 2001, )
Ø
Diraatmadja,
Ilmu Bangunan ( Jakarta, Erlangga, 1982 )
Ø
Asiyanto,
Metode Konstruksi Gedung Bertingkat, ( Jakarta, UI Press, 2006 )
[1] Ishar,
Pedoman Umum Merancang Bangunan, ( Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992 ) hal
6
[2] ibid
[3]
Pujo L
Setiawan, Ilmu Konstruksi Bangunan, (
Yogyakarta , Kanisius, 2001, ) cet ke.5 hal 2
[4]
Diraatmadja, Ilmu Bangunan ( Jakarta, Erlangga, 1982 ) hal 14
[5]
Pujo L
Setiawan, Ilmu Konstruksi Bangunan, (
Yogyakarta , Kanisius, 2001, ) cet ke.5 hal 23
[6]
Asiyanto, Metode Konstruksi Gedung Bertingkat, ( Jakarta, UI Press, 2006 ) hal 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar