Sabtu, 19 Desember 2015

BANGUNAN



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi robil’alaamiin, banyak nikmat yang Allah berikan, namun sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas berkat, rahmat, taufik, dan hidayahnya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “BANGUNAN”. dalam penyusunannya penulis memperoleh banyak bantuan-bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
                                                                                    Jakarata, Desember 2015
                                                                                                Penyusun












DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................. 2
Daftar isi............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang....................................................................................................... 4
B.     Perumusan Masalah............................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bangunan............................................................................................ 5
B.     Bangunan dan Pembelajaran................................................................................. 6
C.     Bentuk dan Kebutuhan......................................................................................... 8
D.    Hal – hal yang perlu dipertimbangkan ................................................................. 8

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................................ 11
B.     Daftar Pustaka....................................................................................................... 12







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebuah alat dikatakan berfungsi kalau alat itu dapat dipakai untuk mencapai tujuan  sedemikian  sehingga dalam  proses  mencapai  tujuan  itu tidak terjadi hambatan – hambatan. Misalnya sebuah mobil di katakan  berfungsi dengan baik jika kita dapat memakainya untuk mencapai tujuan tanpa sering rewel . Pada pemakaian  tentu ada proses dari pembuka pintu mobil, menstarter, mengganti gigi, menekan gas, dan seterusnya. Dalam perjalanan diharapkan tidak ada hambatan seperti kehabisan bensin, accu yang lemah, dan sebagainya.
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus . Fungsi bangunan adalah cara bangunan  itu dapat melayani pemakaian dalam suatu  kegiatan yang mengandung proses. Bila dianggap sebagai alat, bangunan dapat bekerja, beroprasi, dan melayani manusia
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Bangunan ?
2.      Apa saja bangunan dan pembelajaran ?
3.      Apa saja bentuk dan kebutuhan bangunan ?
4.      Apa saja hal – hal perlu di pertimbangkan dalam bangunan ?







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bangunan
Sebuah alat dikatakan berfungsi kalau alat itu dapat dipakai untuk mencapai tujuan  sedemikian  sehingga dalam  proses  mencapai  tujuan  itu tidak terjadi hambatan – hambatan. Misalnya sebuah mobil di katakan  berfungsi dengan baik jika kita dapat memakainya untuk mencapai tujuan tanpa sering rewel . Pada pemakaian  tentu ada proses dari pembuka pintu mobil, menstarter, mengganti gigi, menekan gas, dan seterusnya. Dalam perjalanan diharapkan tidak ada hambatan seperti kehabisan bensin, accu yang lemah, dan sebagainya[1].
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus . Fungsi bangunan adalah cara bangunan  itu dapat melayani pemakaian dalam suatu  kegiatan yang mengandung proses. Bila dianggap sebagai alat, bangunan dapat bekerja, beroprasi, dan melayani manusia . Dalam  setiap bangunan terjadi suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai urutan fungsional, pertama  - tama kita harus menyusun daftar berbagai kegiatan yang akan terjadi. Setiap kegiatan kita perhatikan syarat fisik dan syarat psikis. Syarat fisik umumnya lebih mudah di hitungnya. Syarat fisik meliputi :
1.      Syarat ukuran luas dan tinggi ruang untuk memenuhi suatu kegiatan tertentu.
2.      Syarat luas untuk gerak perorangan maupun kelompok , standar minimum statis gerak.
3.      Syarat luas untuk perlengkapan kelompok kebutuhan lain.
4.      Syarat hubungan dan pemisahan antar  bagian dalam ruang itu sendiri  atau dengan luasnya.
5.      Pola hubungan anrar ruang  ( organisasi )
6.      Syarat kemudahan pemeliharaan dan perlengkapan mekanis.
Syarat psikis ialah syarat suasana atau kesan lingkungan ruang yang harus dicipkatakan menurut kebutuhan fungsinya. Ini lebih sukar karena sifatnya lebih abstrak .  ini meliputi masalah penerangan, ventilasi, pemandangan keluar, bentuk ruang, bentuk bagian- bagiannya, bentuk garis –garis dalam ruang, dan warna[2].

B.     Bangunan dan Pembelajaran

1.    Bangunan Segi empat MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan daerah lingkaran
a)    Bangunan segi empat MBS merefleksikan proses pengelolaan pendidikan.
b)    Proses pembelajaran (PBM) digambarkan dalam bangunana lingkaran dengan garis-garis tebal karena proses ini lebih terfokus, direncanakan dengan sadar, materi dan metode serta sumber major yang spesifik dan dengan tujuan untuk mencapai kompetensi yang spesifik pula, sedangkan roses pendidikan di dalam sebuah sekolah merupakan wadah interasosial yang lebih luas dan beragam kegiatannya.
c)    Sumber Daya Pendidikan (SDP) merupakan sisi penopang penting untuk keberhasilan proses pembelajaran maupun prosees pendidikan pada umumnya pada suatu sekolah
d)    Kurikulum berbasis kompetensi menuntut inisiatif dan kreativitas guru, bahkan para guru baik secara sendiri atau kelompok dapat merumuskan silabus dan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
2.    Atap Segitiga
Dalam bangunan MBS, terdapat atap segitiga akuntabilitas yang merujuk kepada standar nasional, akreditasi sekolah dan evaluasi independen oleh lembaga mandiri. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah juga berfungsi sebagai standar nasional karena ditetapkan oleh pemerintah pusat. Evaluasi merupakan bentuk akuntabilitas yang diberikan kepada satuan-satuan pendidikan, termasuk program-programnya. Menurut pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi melalui uji kompetensi pada umumnya sangat populer untuk sekolah kejuruan dan kursus-kursus serta pelatihan keterampilan tertentu yang bersifa vokasional. Berdasarkan pasal 61 UU Nomor 20 tahun 2003, p[ara pengambil kebijakan masih mempunyai ruang untuk mengatur pelaksanaannya.
3.    Lantai Prasyarat (SPM), Fondasi (Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan Lahan (Aspirasi Masyarakat)
Pelaksanaan MBS yang berwawasan mutu (MBS) akan sulit diwujudkan bahkan dalam kondisi tertentu tidak dapat dilaksanakan, kalau pemenuhan standar  pelayanan minimal sekolah (P-SPM-S) tidak dilaksanakan untuk mendukung sumber daya pendidikan (SDM) yang memadai. Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, Dewan Pendidikan berperan menampung dan menyalurkan aspirasi tersebut, dengan fungsinya sebagai pendukung (turut mencari solusi dan pemecahan masalah), penasehat (pemberi saran), pengawas (ikut mengontrol) dan mediator (penghubung berbagai pihak untuk membantu pendidikan). Dalam praktik saling hubungan antarelemen tersebut sungguhpun merupakan parameter, tetapi pelaksanaannya elastis/fleksibel dan dinamis dan sangat ditentukan oleh loyalitas serta kesungguhan berbagai pihak terkait terhadap pelaksanaan sistem yang berlaku
Ø  Perencanaan Pembangunan[3]
 Konsep dasar perencanaan adalah rasionalitas, ialah cara berpikir ilmiah dalam menyelesaikan problem dengan cara sistematis dan menyediakan berbagai alternatif solusi guna memperoleh tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu perencanaan sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat dalam mengembangkan budaya ilmiah dalam menyelesaikan Tugas Filsafat dan Teori Perencanaan Pembangunan 2 permasalahan yang dihadapinya. Hal ini cukup beralasan karena perencanaan juga berkaitan dengan pengambilan keputusan (decision
maker), sedangkan kualitas hasil pengambilan keputusan berkorelasi dengan pengetahuan (knowledge), pengalaman (experience), informasi berupa data yang dikumpulkan oleh pengambil keputusan (ekskutor). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat kembali pada kurva/grafik spatial data dan decesion.
Menurut friedmann, perencanaan akan berhadapan dengan problem mendasar yakni bagaimana teknis pengetahuan perencanaan yang efektif dalam menginformasikan aksi-aksi publik. Atas dasar tersebut maka perencanaan didefinisikan sebagai komponen yang menghubungkan antara pengetahuan dengan aksi/tindakan dalam wilayah publik. Pada prinsipnya friedmann menyatakan perencanaan harus bertujuan untuk kepentingan
 masyarakat banyak.

C.  BENTUK DAN KEBUTUHAN

Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang terdiri atas 6 tahun di tingkat Sekolah Dasar dan tiga tahun di tingkat Sekolah Lanjut Tingkat Pertama memerlukan wadah pendidikan yang baik untuk meningkatkan kesempatan belajar bagi masyarakat Indonesia.
Pemerintah melalui Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar memiliki program yang bertumpu pada masyarakat berupa Pembangunan Unit Sekolah Baru SLTP-MTs (dengan tujuan meningkatkan akses kesempatan belajar siswa SLTP-MTs melalui pembangunan gedung sekolah baru) dan Rehabilitasi Gedung SD-MI (dengan tujuan meningkatkan mutu melalui perbaikan sarana belajar mengajar bagi guru dan siswa-siswi). Diharapkan dengan adanya partisipasi yang aktif, masyarakat dapat belajar untuk mandiri sekaligus menanamkan rasa memiliki terhadap gedung sekolah di daerahnya sendiri. [4]

D. HAL-HAL YANG PERLU DI PERTIMBANGKAN :
1. Lahan Peruntukkan
Sebelum suatu  proyek dilaksnakan, perlu diadakan persiapan lahan. Tujuan dari persiapan lahan ini ialah membebaskan lahan dari semua benda yang ada di atas lahan tersebut. Persiapan mencakup hal – hal berikut :[5]
1.      Membersihkan lahan dari pohon-pohon, semak-semak, dan rumput yang mengganggu pada tempat di mana gedung bau. Dalam hal ini harus selalu dihindari tindakan keras terhadap lingkungan alam. Pat bangunanaKalau pergeseran gedung baru memungkinkan agar pohon besar tidak perlu ditebang, maka pohon yang lebih tinggi nilainya dari pada gedung baru yang akan didirikan.
2.      Melindungi pohon-pohon yang dipertahankansehingga tidak kena cacat oleh pekerja bangunan
3.      Memasang pagar sementara dari anyaman bambu, papan kayu atau seng gelombang setinggi 2,0 mdemi ketentuan, keamanan, dan keselamatan umum ditempat bangunan
4.      Mengadakan saluran air untuk pekerja bangunan dengan pipa air PAM, sumur, air kali, atau  tempat penampung air hujan.
5.      Menyediakan aliran listrik sementara, jika perlu selama pekerjaan bangunan berlangsung
6.      Menyediakan kakus sementara yang memenuhi syarat-syarat untuk para buruh

Dalam memanfaatkan lahan tentunya harus sesuai dengan kemampuan dan fungsi lahan tersebut sehingga dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan tata ruang kota yang mampu mengatur agar dalam penggunaan lahan dapat disesuaikan dengan fungsinya. Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis metode overlay. Karena Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan dalam melakukan analisa penggunaan lahan dimana dengan SIG informasi akan lebih hidup karena proses manipulasi dan presentasi data direalisasikan dengan lokasi-lokasi geografi dipermukaan bumi Daerah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah Kota Mojokerto. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa pada wilayah Kota Mojokerto yang mempunyai luas administratif 1.646,54 ha dengan penggunaan lahan terbesar adalah wilayah pemukiman seluas 744,623 ha, kawasan pertanian seluas 521,196 ha, daerah lahan terbuka hijau sebesar 56,893 ha, daerah perdagangan dan jasa seluas 52,289 ha dan wilayah industri dan pergudangan seluas 4,234 ha. Daerah yang dalam penggunaan lahannya belum sesuai yang direncanakan adalah daerah BWK A dan BWK B3. Juga adanya perubahan lahan dari pertanian menjadi pemukiman seluas 10,599 Ha.
5.       Site Plan
Site plan adalah rencana tapak. Pengertian Site plan adalah gambar dua dimensi yan menunjukan detail  dari rencana yang akan dilkukan terhadap sebauh kaveling tanah, baik menyagkut rencana jalan, utilitas air bersih , listrik, dan air kotor, fasilitas umum dan fasilitas sosial. Siteplan dalam dunia properti mungkin juga mencakup serta cluster- cluster perumahan yang direncanakan.[6]
6.      Zona Publik, semi private dan private
Zona-zona dalam hunian dikelompokkan sebagai berikut :
a. Zona-zona dalam hunian dikelompokkan sebagai berikut :
yang bersifat umum, di mana semua orang dapat mengakses ruangan tersebut tanpa ada batasan-batasan.
Contoh : teras dan ruang tamu
Penempatan zona publik sebaiknya di lokasi yang mudah dilihat dan diakses baik dari depan atau belakang rumah dan dapat juga di tengah-tengah bangunan sebagai pusat sirkulasi.
b. Zona semi publik (semi privat) yang bersifat setengah umum di mana semua orang dapat mengakses maupun memakainya, tapi ada kondisi-kondisi tertentu di mana tidak dengan beban menggunakannya.
Contoh : kamar mandi, ruang keluarga, dan ruang makan.
Penempatan zona semi publik sebaiknya di lokasi yang agak sulit diakses dan tidak dengan leluasa dipandang.
c. Zona privat yang bersifat sangat tertutup di mana tidak sembarang orang boleh mengaksesnya atau menggunakannya tanpa ada izin dari pemiliknya.
Contoh: ruang tidur
Penempatan zona privat di lokasi yang bersifat tertutup dan sulit diakses.
d. Zona servis yang bersifat umum namun sengaja difungsikan untuk kegiatan penunjang.
Contoh: dapur, ruang cuci, gudang, garasi, dan car port.
Seperti halnya zona publik, zona servis juga diusahakan didesain dahulu jenis lay out yang akan diterapkan, disesuaikan dengan luasan lahan.
Bila lahan cukup luas dengan lebar yang memungkinkan bangunan berdiri tidak menempel pada sisi kiri atau kanan tembok pagar bumi, lay out tertutup dapat dipakai. Lay out ini menghadirkan suasana ruangan dengan batas-batas antarruang yang tegas namun memungkinkan cahaya dan angin masuk. Bila lahan kecil dengan lebar yang terbatas, sehingga memaksa bangunan berdiri dengan diapit oleh pagar bumi, lay out terbuka sangat dianjurkan untuk diadopsi. Lay out ini memakai prinsip pembagian ruang tidak harus memakai dinding pembatas yang massif, namun cukup dengan peninggian atau penurunan lantai atau plafon. Lay out tersebut menjadikan hunian terasa luas, terang, dan sejuk, udara, cahaya, dan pandangan hadir tanpa batasan tertentu namun menjadikan tiap-tiap ruangan menjadi seakan-akan bersifat umum.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Bangunan merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah dan/atau di air, yang biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain.
Di dalam pembangunan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yakni antara lain:
1. Perencanaan
2. Lahan Peruntukan
3. Site Plan
4. Zona Publik, semi private dan private
Zona-zona dalam hunian dikelompokkan sebagai berikut :
a.        Zona-zona
b.      Zona semi publik
c.       Zona privat
d.      Zona servis


DAFTAR PUSTAKA

Ø  Ishar, Pedoman Umum Merancang Bangunan, ( Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992 )
Ø  Setiawan L Pujo, Ilmu Konstruksi Bangunan,  ( Yogyakarta , Kanisius, 2001, )
Ø  Diraatmadja, Ilmu Bangunan ( Jakarta, Erlangga, 1982 )
Ø  Asiyanto, Metode Konstruksi Gedung Bertingkat, ( Jakarta, UI Press, 2006 )



[1] Ishar, Pedoman Umum Merancang Bangunan, ( Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992 ) hal 6
[2] ibid
[3] Pujo L Setiawan, Ilmu Konstruksi Bangunan,  ( Yogyakarta , Kanisius, 2001, ) cet ke.5 hal 2

[4] Diraatmadja, Ilmu Bangunan ( Jakarta, Erlangga, 1982 ) hal 14
[5] Pujo L Setiawan, Ilmu Konstruksi Bangunan,  ( Yogyakarta , Kanisius, 2001, ) cet ke.5 hal 23
[6] Asiyanto, Metode Konstruksi Gedung Bertingkat, ( Jakarta, UI Press, 2006 ) hal 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar